Blogger Widgets WELCOME TO MY BLOG "GALZSINOA"

Saturday, November 16, 2013

Paradigma Baru tentang Farmasi dan prospek kerja :Aspirasi dariku dan cukup menginspirasi untukmu :)

Cukup jarang diantara kita menjumpai ada orang yang ketika ditanya mengenai Farmasi itu apa  bakal benar-benar tahu. Hal itu bisa terjadi karena mungkin memang benar tidak tahu atau menurutnya terlalu awam dengan kata farmasi atau mungkin juga farmasi kurang populer dan kurang menunjukkan kontribusinya ditengah masyrakat.  Kejadian tersebut pernah saya alami ketika dulu sebelum masuk kuliah di farmasi, tetapi bukan berarti benar-benar tidak tahu melainkan hanya sekilas tahu kalau farmasi itu outputnya akan menjadi seorang apoteker yang hanya berkutik dengan obat, obat dan obat. Pemikiran itu sudah tidak berlaku lagi sekarang, walaupun sekarang ini saya baru sampai semester 3 tetapi mindset mengenai hal tersebut sudah berbeda lagi.
Pernah suatu ketika saya ditanya oleh tetangga tentang dimana kuliahnya dan mengambil jurusan apa. Setelah usai menjawab kalau kuliah di Universitas Jember jurusan Farmasi sontak orang tersebut mengungkapkan pernyataanya bahwa menurutnya farmasi itu hanya bakal jadi “dodol obat” di apotek”(istilah bahasa indonesianya penjual obat). Pernyataan itu yang cukup membuat saya kecewa tetapi saya bisa memaklumi dan tugas saya disinilah harus memaparkan dan memperlurus anggapanya. Teman-teman seangkatan saya pun tidak sedikit juga yang dulunya benar-benar tidak tahu tentang farmasi, banyak yang masuk difarmasi karena sudah pilihan terakhir atau memang tuntutan dari orang tua. Tetapi hal itu justru sekarang banyak dari mereka juga yang malah mensyukuri dan beruntung sekali bisa kuliah di farmasi sebab paradigma saya dan mereka mengenai farmasi sekarang ini telah berubah. Berikut saya paparkan sedikit pengetahuan dan pemahaman mengenai farmasi dan prospeknya dari yang saya dapat selama kuliah dan studi literatur:
Bidang farmasi  berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan
produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Pelayanan kefarmasian saat ini telah semakin berkembang selain berorientasi kepada produk  (product oriented) juga berorientasi kepada pasien  (patient oriented)
seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan .


Berdasarkan keterangan diatas, maka kurang tepat jika dikatakan farmasi itu hanya berhubungan dengan obat saja sebab orientasinya juga ke pasien. Sesuai peraturan perundang-undangan  Nomor 51 Tahun 2009 bahwa ruang lingkup farmasi dibedakan menjadi dua yakni mengenai pekerjaan dan pelayanan kefarmasian.  Pekerjaan Kefarmasian meliputi Pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi, pengelolaan obat, pelayanan obat resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional . Sedangkan Pelayanan Kefarmasian  meliputi Pelayanan langsung  dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Sekarang ini telah juga terdapat farmasi klinik yang merupakan praktek kefarmasian berorientasi pelayanan kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk. Penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam memaksimalkan efek obat dan meminimalkan resiko bagi pasien serta berkembang akibat keprihatinan masyarakat terhadap morbiditas & mortalitas yang terkait dengan penggunaan obat, peningkatan biaya pengobatan, tingginya harapan masyarakat serta ledakan pengetahuan medis & ilmiah.

 Pelayanan obat kepada penderita melalui  berbagai tahapan pekerjaan meliputi  diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan  dan penyerahan obat  kepada penderita yang  menunjukkan suatu interaksi antara dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di  rumah sakit melibatkan perawat.  Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat penting terutama informasi dari farmasis,  baik untuk dokter, perawat dan penderita.


Berbagai tuntutan yang ada di masyarakat  menjadi tantangan untuk  pengembangan dunia kefarmasian seperti :    Pharmaceutical care  yaitu obat sampai  ketangan pasien dalam keadaan baik, efektif dan aman disertai informasi yang jelas
sehingga penggunaannya tepat dan mencapai kesembuhan;  timbulnya penyakit baru   dan perubahan pola penyakit yang memerlukan pencarian  obat baru atau obat yang  lebih unggul ditinjau dari efektivitas dan keamanannya; meningkatnya penyalagunaan  obat dan ketergantungan pada narkoba dan psikotropika  merupakan tuntutan untuk  dapat mengawasi penggunaan obat tersebut, mencari/mensintesis obat yang lebih aman  dan mampu memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan obat;  farmasis  sebagai partner dokter memacu farmasis untuk menguasai lebih mendalam ilmu farmakologi klinis dan farmakoterapi serta ilmu farmasi sosial dan komunikasi; farmasis  sebagai penanggung jawab pengadaan obat  di apotek, rumah sakit, pedagang besar
farmasi, puskesmas dll. harus menguasai farmakoekonomi dan manajemen farmasi;  tuntutan farmasis untuk dapat berperan  dalam perkembangan industri Farmasi  perkembangan drug delivery system, pengembangan cara produksi dan metode control kualitas; farmasis untuk menempati bidang pemerintahan  yang berfungsi dalam  perizinan, pengaturan, pengawasan, pengujian, pemeriksaan dan pembinaan; perkembangan farmasi veteriner, perkembangan  medical devices (alat kesehatan,  pereaksi diagnostik).

Untuk dapat mengakomodasi semua tuntutan tersebut diperlukan sistem  pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan tenaga  farmasi  dengan bekal ilmu  pengetahuan keprofesian yang mutakhir.
Dalam sejarahnya, pendidikan tinggi  farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung jawab apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu  kefarmasian maka apoteker atau dikenal  pula dengan sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin luas.
Apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan seperti BPOM, perguruan tinggi, lembaga penelitian,  laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik,  berbagai jenis  industri meliputi industri obat,  kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutraseutikal,  health food,  obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat  serta badan asuransi kesehatan adalah tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan  pengabdian profesi kefarmasian.

Bila dibanding beberapa negara di Asean, jumlah Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia sudah termasuk banyak. Malaysia hanya memiliki satu Perguruan Tinggi Farmasi, Taiwan tujuh kampus, Singapura satu kampus dan Jepang hanya ada dua. Tak heran, banyak mahasiswa dari negara-negara Asean seperti Malaysia, Singapura, Taiwan yang menempuh studi farmasi di beberapa Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia, misalnya Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gajah Mada.

Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Drs. M. Dani Pratomo, MM, Apt, pun mengatakan, saat ini, di Indonesia baru ada sekitar 30 ribu apoteker. Sedangkan rasio apoteker di Indonesia adalah 1 banding 8000. Jumlah ini masih kurang ideal. Setidaknya meniru  negara Asean lainnya, satu orang apoteker hanya melayani 4 ribu sampai 5 ribu orang saja. Di Rumah Sakit Indonesia pun, sebenarnya masih kekurangan apoteker. Sebab, yang terjadi sekarang, rumah sakit hanya menyediakan 1-2 apoteker saja. Padahal, sesuai dengan aturan, idealnya, setiap 30 bed untuk pasien, rumah sakit menyiapkan satu apoteker. Fakta ini menunjukan bahwa Indonesia memang masih kekurangan apoteker.

Berdasarkan uraian diatas, masih ragukah buat adik-adik ataupun teman-teman yang  masih galau walaupun sudah kuliah di farmasi ? Mari ubah persepsi kita tentang dunia farmasi dari sesuatu yang kita awalnya menganggap negatif menjadi positif.








0 comments:

Post a Comment